Selasa, 11 Juni 2013

Tentang Niat Puasa di Bulan Ramadhan

Oleh: Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya: Apakah niat berpuasa di bulan Ramadhan sudah mencukupkan dari niat puasa setiap harinya secara sendiri (terpisah)?

Beliau menjawab:

Sebagaimana yang telah dimaklumi, bahwa seseorang yang bangun di akhir malam dan ingin sahur, maka berarti dia ingin berpuasa dan ini tidak diragukan lagi. Karena setiap orang yang berakal yang ingin melakukan sesuatu pasti dengan kehendaknya (usahanya) dan tidak mungkin melakukannya kecuali karena ada kemauan, dan yang dinamakan kehendak (kemauan) itu adalah niat. Seseorang tidaklah makan di akhir malam melainkan karena ingin berpuasa.

Seandainya dia berkeinginan semata-mata hanya ingin makan yang mana waktu tersebut bukan kebiasaan dia makan, maka yang demikian adalah niat. Akan tetapi hal ini membutuhkan penjelasan bila seandainya ditakdirkan ada seseorang yang tidur sebelum terbenamnya matahari di bulan Ramadhan, dan terus tidur dalam keadaan tidak ada orang yang membangunkannya hingga terbit fajar shadiq pada esok harinya, berarti dia belum berniat di malam hari untuk berpuasa besok. Apakah kita katakan bahwa puasanya esok hari itu sah berdasarkan niat pada hari yang lalu? Atau kita katakan bahwa puasanya tidak sah karena dia tidak meniatkannya di malam hari?

Maka kita katakan bahwa puasanya sah, karena menurut pendapat yang kuat bahwa niat berpuasa pada awal bulan Ramadhan sudah cukup dan tidak membutuhkan untuk memperbaharui niatnya setiap hari. Kecuali mungkin didapati hal yang membolehkan dia untuk berbuka, lalu dia berbuka (tidak berpuasa) di pertengahan bulan, maka tatkala demikian, wajib baginya untuk memperbarui niatnya untuk memulai puasanya.

Sumber: 48 Soal Jawab tentang Puasa Bersama Syaikh Utsaimin karya Syaikh Salim bin Muhammad Al-Juhani, alih bahasa: Khairur Rijal, penerbit: Maktabah Al-Ghuroba, cet. Pertama Sya’ban 1427 H – Agustus 2006, hal. 76-78.

http://fadhlihsan.wordpress.com